Selasa, 26 Oktober 2010

Hajatan Besar Geologi & Vulkanologi di penghujung 2010 (Oktober-November)



25 Oktober 2010 Jam 21.42,20 Kepulauan Mentawai diguncang gempa 7.5 SR, pusat gempa terjadi di 3.61 LS – 99.93 BT (78 Km Barat Daya Pagai Selatan Mentawai SUMBAR) dengan kedalaman 33 Km. Ratusan korban jiwa telah dapat dievakuasi sedangkan ratusan jiwa lainnya dinyatakan hilang.

Rabu, 06 Oktober 2010

Meteor Jatuh di Karanganyar Jawa Tengah


Benda langit seukuran batu yang diduga meteor menimpa rumah seorang warga di RT 7/3, Kelurahan Ngringo, Kecamatan Palur, Kabupaten Karanganyar dini hari kemarin.

Akibatnya, atap rumah milik pasangan Suryono dan Sulistiowati tersebut, berlubang di enam titik. Tak hanya itu, benda yang sempat mengakibatkan kobaran api tersebut juga membuat bagian dapur rumah berantakan.

Kamis, 30 September 2010

Pulau Jawa dan Sumatera Terancam Gempa (Pasca Gempa Papua 30 September 2010)

Hari ini persis satu tahun pasca gempa dahsyat berkekuatan 7,6 skala richter (SR) mengguncang Padang, Sumatera Barat. Dini hari tadi juga terjadi gempa berkekuatan 7,4 SR di Kaimana, Papua Barat.

Gempa yang terjadi semalam di Papua Barat mengindikasikan adanya pergerakan gempa dari kawasan Indonesia Timur menuju Jawa dan Sumatera.

Rabu, 29 September 2010

Asteroid Berbahaya Dekati Bumi Oktober 2010

Sebuah asteroid yang berpotensi bahaya akan melintas bumi dalam satu bulan ke depan. Asteroid ini diberi nama ST3 2010.Asteroid itu memiliki diameter 150 meter dan akan melintas bumi empat juta mil (6.437.376 km) pada Oktober.

Senin, 30 Agustus 2010

Bumi Mempersembahkan Bencana Sebagai Sebuah Drama Geologi


Geologi telah membuka wawasan kita terhadap segala tenaga dan proses terkait dinamika perubahan bentuk bumi. Seperti telah lama kita ketahui bahwa Litosfer bumi terdiri dari 3 lapisan (kerak bumi, mantel bumi dan inti bumi). Kerak bumi sebagai lapisan terluar/kulit bumi terdiri dari (kerak benua dan kerak samudra) yang mempunyai ketebalan yang berbeda-beda pada setiap wilayah. Kerak benua sebagai daratan dimana kita berpijak mempunyai ketebalan rata-rata yang bervariasi antara 20-70 km. Sedangkan kerak samudra merupakan kerak bumi yang berada di dasar samudra, yang memilik ketebalan bervariasi antara 5-10 km. Kerak samudra tersusun atas batuan basalt sedangkan kerak benua tersusun atas batuan granit.

Minggu, 29 Agustus 2010

Mengenang 117 Tahun Letusan Krakatau (27 Agustus 1883)

(Monumen Tsunami di Teluk Betung)

Bekas pelampung (buoy) ini terbawa gelombang Tsunami akibat letusan gunung Krakatau lama pada Agustus 1883. Tingginya sekitar 1,5 meter dengan diameter berkisar 2m. Sebelum disemayamkan di tempatnya sekarang yaitu taman Dipangga (Dipangga's Park) lampu ini pernah berpindah tempat.

Minggu, 22 Agustus 2010

Gempa Besar September 2010 Akankah Merambat Ke Indonesia?

Desas-desus isu akan datangnya gempa besar di California Amerika Serikat telah berkembang setahun lalu di dunia maya. Banyak dari “mereka” mengemukakan perkiraan dengan berbagai landasan yang kurang ilmiah. Melalui website/blog hingga video yang diupload pada youtube seakan-akan mencoba menghadirkan intuisi mereka bahwa gempa besar tersebut benar-benar akan terjadi pada September 2010 nanti. Benarkah demikian? Bagaimanakah pernyataan dari para pakar gempa?

Selasa, 17 Agustus 2010

Badai Meteor Sambangi Bumi 8 Oktober 2011


Peringatan akan datangnya badai meteor dikeluarkan NASA sejak 17 Juni 2010 lalu. Badai meteor ini disinyalir sebagai badai meteor terkuat dalam lebih dari satu dekade terakhir. Para ahli astronomi telah memperhitungkan bahwa badai meteor secara sporadis akan menghujani dari luar angkasa selama 7 jam, yang diperkirakan akan terjadi pada 8 Oktober 2011.

Selasa, 10 Agustus 2010

Puncak Hujan Meteor Perseid 12-13 Agustus 2010

Hujan meteor Perseid adalah fenomena alam yang yang dapat terlihat oleh mata sebagai kilatan cahaya di langit akibat adanya debu sisa komet yang bergesekan dengan lapisan atmosfer bumi. Hujan meteor ini terjadi dimulai dari pertengahan Juli, dan mencapai puncaknya pada tanggal 12-14 Agustus.


Nama Perseids berasal dari nama Rasi Bintang Perseus karena hujan meteor ini seolah-olah berasal dari arah Rasi Bintang Perseus. Kecepatan meteor tersebut kira-kira 60 kilometer per detik, dan memiliki kilatan meteor yang terang dengan cahaya yang panjang.

Sabtu, 07 Agustus 2010

Rumahku 6 Kali Tertimpa Meteor

Dua tahun lalu, pengakuan pria ini menjadi sensasi di sejumlah media internasional. Radivoje Lajic -nama pria Bosnia tersebut - mendadak terkenal pada 2008 setelah mengaku kalau atap rumahnya di desa Gornji Lajici, Bosnia, tertimpa meteorit.

Seperti dikutip dari laman "Daily Telegraph", peristiwa tahun 2008 itu bukan peristiwa pertama. Sebelumnya, sudah empat kali rumah Lajic dijatuhi benda langit yang tidak terbakar atmosfer tersebut. Sekarang, dalam hitungan bulan, batu angkasa luar kembali menimpa rumahnya, membuat atap rumah Lajic sudah enam kali tertimpa "serangan meteor" sejak 2007.

Minggu, 16 Mei 2010

Foto "Bumi Menangis"

Pada awalnya, sekilas gletser itu seperti gletser lain di Kutub Utara Norwegia yang beku. Namun dalam pengamatan lebih dekat, sebuah wajah pedih terlukis pada dinding es yang meleleh, yang tampak tengah menangis dan mengalirkan sungai air mata.

Citra "Ibu Bumi' yang sedang sedih terlihat oleh penduduk setempat selama proses pencairan, dengan es yang meleleh dan salju jatuh ke laut di bawahnya.

Gambar menarik pada lapisan es Austfonna yang terletak di Nordaustlandet di Kepulauan Svalbard, Norwegia itu hampir pasti akan digunakan para aktivis lingkungan untuk melakukan protes terkait perubahan iklim.

Kamis, 06 Mei 2010

Meteorit

Kurang dari sepekan setidaknya ada dua meteor yang diperkirakan jatuh yaitu di Duren Sawit Jakarta dan Pegunungan Wawo Bima NTT. 

Meteor Jatuh di Duren Sawit Jakarta Timur (29 April 2010)
Tiga rumah di Jalan Delima VI Gg 2 RT 01/05, Malakasari, Jakarta Timur, Kamis (29/4/2010), sekitar pukul 16.30 WIB rusak berat setelah kejatuhan benda asing. Diduga penyebab kerusakan yang menimbulkan suara seperti ledakan itu adalah benda asing yang jatuh dari langit.


Ledakan tersebut menghancurkan rumah milik pasangan Sudarmojo (70) dan Sri Wahyuningsih (68). Rumah berlantai dua tersebut terlihat paling parah mengalami kerusakan. Atap rumah jebol hingga ke bawah. Beberapa bagian malah terlihat seperti terbakar, seperti rak buku dan tempat duduk.

Rabu, 14 April 2010

Geliat di Bawah Taman Nasional Yellowstone

Agustus 1870, seorang letnan Angkatan Darat berusia 30 tahun Gustavus Doane, anggota ekspedisi penjelajahan kawasan Yellowstone di wilayah teritori Wyoming, dengan susah-payah mendaki ke puncak Gunung Washburn di atas Sungai Yellowstone. Sambil memandang ke selatan, dia menyadari ada sesuatu yang hilang dari bentang Pegunungan Rocky, yaitu pegunungan. Dalam rentang berkilo-kilometer, satu-satunya ketinggian hanya ada di kejauhan, mengurung lembah berhutan yang amat luas. Bagi Doane, hanya ada satu cara untuk menjelaskan mengapa tak ada pegunungan di Pegunungan Rocky. “Lembah besar itu,” begitu tulisnya, “dulunya adalah kawah besar gunung api yang sekarang sudah tak ada lagi.”Si letnan memang benar. Yellowstone adalah sebuah gunung api dan bukan cuma gunung api biasa. Taman nasional tertua dan paling terkenal di Amerika Serikat itu tepat berada di puncak salah satu gunung api terbesar di Bumi. Bagaimanapun, Doane keliru dalam satu aspek penting. Gunung api Yellowstone masih ada. Sampai taraf tertentu yang belum pasti, gunung api itu masih sangat aktif.

Minggu, 11 April 2010

AWAN GEMPA SEBAGAI SEBUAH MISTERI


Seorang ilmuwan India, Varahamihira (505 - 587) dalam bab 32 dari karyanya Brihat Samhita membahas beberapa tanda-tanda peringantan akan adanya gempa bumi, misalnya: kelakuan binatang-binatang yang tidak seperti biasanya, pengaruh astrologi, pergerakan air bawah tanah dan formasi awan yang aneh, yang muncul seminggu sebelum terjadinya gempa bumi.

Sejak tahun 1990, seorang pensiunan ahli kimia di Kalifornia, Zhonghao Shou, telah membuat lusinan prakiraan gempa bumi berdasarkan pola-pola awan hasil pencitraan oleh satelit. Tekanan dan gesekan dari tanah dapat menguapkan air jauh sebelum gempa bumi terjadi, pendapat Shou, dan awan yang terbentuk akibat mekanisme ini memiliki bentuk yang amat berbeda dengan awan-awan pada umumnya. Shou mengungkapkan, dari 36 awan yang diteliti, 29 terbukti menjadi awal pertanda gempa. Prediksinya yang paling terkenal adalah ketika dia mengamati awan berbentuk garis memanjang dengan ekor mengarah ke Barat Laut.

Sebagai teori alternatif, didukung oleh para penganut model Listrik Semesta (Electric Universe), menyatakan bahwa beberapa gempa bumi kemungkinan memiliki karakteristik listrik, termasuk di dalamnya fenomena aural, radio dan gangguan VLF (Very Low Frequency).

Beberapa gempa yang terjadi antara tahun 1993 sampai 2006 dikaitkan dengan munculnya formasi awan ini sebagai tanda-tanda.Di Jepang tepatnya di Kobe, delapan hari sebelum terjadi gempa dahsyat pada tahun 1995, ditandai dengan kemunculan awan seperti itu. Awan serupa juga muncul sehari sebelum terjadinya gempa di Kagoshima tahun 1993. Bahkan gempa diNiigata tahun 2004 terjadi cuma empat jam setelah kemunculan awan aneh seperti itu. Hal yang sama juga terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006, awan seperti itu muncul pada tanggal 3 Mei 2006 tepat beberapa minggu sebelum gempa dahsyat mengguncang Yogyakarta pada tangal 27 Mei 2006.

China bahkan sudah membicarakan tanda alam tersebut tahun 1622, tepatnya 25 Oktober, di mana terjadi gempa besar 7 skala Richter di Guyuan, Provinsi Ningxia, China barat. Masyarakat China barat saat itu melihat ada awan aneh sebelum gempa, Tahun 1978, sehari sebelum gempa Kanto di Jepang, Wali Kota Kyoto Kagida melihat awan aneh. Ia mengaitkan gempa dengan awan tersebut. Fenomena itu lalu disebut Kagida Cloud atau Awan Kagida, yang memperkirakan sumber gempa di titik paling tengah awan gempa. Namun, tahun 1985 pendapatnya dibantah. Sumber gempa diduga di titik terus terjadinya pembentukan awan. Satelit IndoEx memperlihatkan rekaman-rekaman fenomena gempa diiringi awan. Pada 20 Desember 2003, langit sekitar Bam, Iran, muncul awan memanjang. Empat hari kemudian terjadi gempa 6,8 SR. Pada 17 Januari 1994 muncul awan seperti asap roket di sekitar Northride, Amerika Serikat. Sehari kemudian terjadi gempa. Pada 13 Februari 1994 muncul awan berbentuk gelombang di Northride dan 20 Maret 1994 ada gempa besar. Pada 31 Agustus 1994 ada awan bentuk bulu ayam di Northern California, Amerika Serikat. Pada 1 September 1994 terjadi gempa di daerah itu. Awan seperti sinar terjadi di kawasan Joshua Tree, Amerika Serikat, 22 Juli 1996, dan 23 hari kemudian terjadi gempa.

Fenomena alam ini walaupun telah diamati oleh berbagai ahli akan tetapi belum dapat diterima secara ilmiah karena kurangnya aspek-aspek fisik yang mendukungnya. Banyak pakar belum dapat memastikan dan meyakini bahwa fenomena awan gempa tersebut dapat dimasukan sebagai cabang baru yang dapat dikembangkan dan di terapkan dalam ilmu pengetahuan, karena fenomena tersebut selama ini dianggap tidak dapat dijelaskan secara sistematis dan banyak pula yang menganggap semua itu hanyalah suatu kebetulan saja.

Terlepas dari berbagai sumber dan kontroversi yang ada, dari sebuah buku ensiklopedia sains yang pernah saya baca pasca gempa Yogyakarta 2006 terkait kemunculan awan gempa menyebutkan bahwa fenomena tersebut sangat dimungkinkan karena adanya rekahan pada lempeng bumi, sehingga menyebabkan adanya pelepasan energi (rock magnetism) yang terpancar keluar sehingga memungkinkan dapat tercitra sebagai sebuah “cahaya” di langit seperti halnya aurora. Pengaruh energi magnet yang ditimbulkan dari batuan yang ada di dalam bumi, selanjutnya akan berpengaruh terhadap berbagai fenomena yang ada di bumi seperti halnya pembentukan awan di sepanjang rekahan yang terbentuk hingga perilaku hewan yang gelisah akibat pancaran energi magnet yang timbul.

Berikut berbagai foto yang diambil dari beberapa sumber :

Awan Gempa Manado




Buratan Cahaya Pasca Gempa di China



Metafile Foto Awan Pasca Gempa Thianshui China



Awan Pasca Gempa di Thianshui China






Ribuan Katak berhamburan keluar memenuhi jalan



Foto Udara Pasca dan Pra Gempa Tianshui China



Dampak Gempa (Danau Tektonik) aliran sungai terbendung merendam pemukiman dan lahan


Rabu, 10 Maret 2010

Keajaiban "Sungai di Bawah Laut"

Jika anda termasuk orang yang gemar menonton tayangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang oceanografer handal dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut.


Jacques-Yves Costeau
(11 Juni 1910 – 25 Juni 1997)

Sungai di dalam laut. Secara ilmiah itu tidak mungkin terjadi. Adalah seorang penyelam “Anatoly Beloshchin” mengambil gambar 'sungai di dalam laut' dari kedalaman 60 meter perairan Cenote Angelita, Mexico.

Seperti dilansir crystalkiss.com, di kedalaman lebih dari 30 meter tim penyelam menemukan air tawar di tengah kolom air laut. Kondisi itu berubah dan penyelam kembali menemukan air laut mulai melewati kedalaman 60 meter.

Beberapa meter dari lokasi itu akan ditemukan sebuah gua. Di bagian bawah dekat gua itu tim penyelam menemukan sebuah sungai lengkap dengan pohon dan dedaunan yang mengapung di kolom air itu.


Ternyata lokasi itu bukanlah sungai seperti yang terlihat di daratan. Tetapi, suasana itu memang mirip sungai lengkap dengan lapisan seperti air yang berwarna agak kecoklatan.

Tapi tunggu dulu, warna kecoklatan itu bukanlah berasal dari air tawar. Disebutkan, bagian kecoklatan yang mirip air sungai itu adalah lapisan bagian bawah gas hidrogen sulfida. Gas yang biasanya dihasilkan dari saluran pembuangan kotoran.

Secara keseluruhan, tim penyelam menemukan itu adalah kondisi yang sangat mengejutkan dan menakjubkan untuk dipandang.


"Di kedalaman 60 meter saya menemukan kembali air laut. Saya melihat sebuah sungai, pulau, lengkap dengan daun yang berguguran. Tapi sungai yang kami lihat adalah lapisan dari gas hidrogen sulfida," kata Anatoly.

Fenomena 'sungai' di dalam laut Mexico dikhawatirkan bisa membahayakan biota laut. Meski masih dalam penelitian, gas hidrogen sulfida (H2S) di 'sungai jadi-jadian' itu tidak membahayakan manusia.

"H2S itu bersifat asam, apabila bercampur dengan air laut atau garam yang terkandung dalam air laut, maka gas itu bisa berbahaya bagi biota laut, namun tidak berbahya bagi manusia," kata Menristek Suharna Surapranata kepada VIVAnews.
Hal itu disampaikan Suharna Surapranata dalam pembukaan di The 4th GEOSS Asia – Pacific Symposium, Denpasar, Bali, Rabu 10 Maret 2010.

Kendati demikian, Suharna mengakui fenomena alam itu merupakan bagian dari vulkanologi atau studi tentang gunung berapi, lava, magma dan fenomena geologi yang berhubungan.
"Di Indonesia memang belum pernah terjadi, namun sangat mungkin fenomena itu terjadi karena hal itu merupakan fenomena alam, dan sejauh ini penelitian tentang sungai bawah laut belum selesai, dan masih melakukan pemetaan tematik," jelasnya.

sumber:vivanews.com