Senin, 30 Agustus 2010

Bumi Mempersembahkan Bencana Sebagai Sebuah Drama Geologi


Geologi telah membuka wawasan kita terhadap segala tenaga dan proses terkait dinamika perubahan bentuk bumi. Seperti telah lama kita ketahui bahwa Litosfer bumi terdiri dari 3 lapisan (kerak bumi, mantel bumi dan inti bumi). Kerak bumi sebagai lapisan terluar/kulit bumi terdiri dari (kerak benua dan kerak samudra) yang mempunyai ketebalan yang berbeda-beda pada setiap wilayah. Kerak benua sebagai daratan dimana kita berpijak mempunyai ketebalan rata-rata yang bervariasi antara 20-70 km. Sedangkan kerak samudra merupakan kerak bumi yang berada di dasar samudra, yang memilik ketebalan bervariasi antara 5-10 km. Kerak samudra tersusun atas batuan basalt sedangkan kerak benua tersusun atas batuan granit.

Tingkat ketahanan (keras) kerak samudra lebih keras dari pada kerak benua, maka ketika sirkulasi magma yang berada dalam lapisan mantel bumi mendorong kerak samudra “berhimipit” dengan kerak benua, selalu ada kecenderungan jika kerak benua patah. Titik pertemuan kerak samudra dan benua merupakan pusat gempa dan tsunami yang potensial karena sebagian besar berada di sekitar pesisir dan laut lepas.

Keterkaitan Lapisan Astenosfer (Mantel Bumi) dengan berbagai fenomena :
Astenosfer/mantel bumi terdiri atas dua bagian, yaitu mantel atas dan mantel bawah, yang secara keseluruhan tersusun oleh 3 material utama yaitu : batuan beku, batuan sedimen dan batuan malihan yang kaya akan magnesium dan silikon. Pada lapisan mantel bagian atas suhu mencapai ±1300 °C-1500 °C, sedangkan pada mantel bagian bawah suhunya mencapai ±1500 °C-3000 °C. Akibat suhu dan tekanan terhadap material yang terkandung dalam astenosfer menyebabkan pada perlapisan ini hampir secara keseluruhan berupa zat cair-liat yang sering disebut magma.
Sebagai salah satu sifat zat cair, magma yang terdapat pada lapisan astenosfer bersirkulasi karena adanya perpedaan suhu pada kedalamannya. Sirkulasi yang terjadi adalah dari bawah ke atas karena mantel bagian bawah lebih panas dibandingkan dengan mantel bagian atas yang diakibatkan karena adanya pengaruh panas dari inti bumi.
Pergerakan magma dalam astenosfer mempengaruhi terjadinya pergeseran kerak hingga tumbukan lempeng bumi yang dapat mengakibatkan “gempa” dan atau “gelombang pasang/tsunami” jika pusat gempa berada dalam kedalaman laut. Pergeseran lempeng bumi di setiap wilayah mempunyai kecepatan yang berbeda yang kisarnnya hanya dalam satuan hingga belasan cm per tahun.


Suatu fenomena dapat diartikan sebagai sinyalemen dari banyak hal yang mungkin dapat terjadi, antara lain :
  1. Suatu gempa dangkal dapat memicu gempa lain (pada lempeng yang rapuh) melalui perambatan pada lempeng bumi.
  2. Suatu gempa pada kedalaman lebih dari 70km dimungkinkan merupakan gempa yang terjadi pada lapisan astenosfer/mantel bumi yang bersifat cair-liat. Energi yang dilepaskan pada saat terjadinya gempa dapat menekan material cair maupun gas yang ada di dalamnya, hal ini dapat memungkinkan peningkatan aktivitas magma yang berarti pula dapat mempercepat laju pergerakan lempeng dan meningkatnya aktivitas gunung berapi yang berada disekitar pusat gempa tersebut (semakin dalam dan kuat gempa akan mempengaruhi lapisan cairan magma pada astenosfer bumi, sehingga memungkinkan potensi terjadinya perambatan gempa dan atau peningkatan aktivitas pada gunung berapi di sekitar pusat gempa semakin besar).
  3. Gunung berapi meletus juga dapat dijadikan sebagai sebuah sinyalemen, dimana hal tersebut dapat terjadi sebagai akibat meningkatnya aktivitas pada dapur magma bumi. Tidak terlepas kemungkinan setelah fenomena tersebut berlangsung laju pergerakan lempeng mengalami peningkatan percepatan yang dapat menimbulkan gempa di daratan maupun gelombang pasang hingga tsunami jika terjadi di kedalaman laut.

Gunung Berapi
Berdasarkan bentuknya, gunung berapi dibedakan menjadi beberapa macam antara lain sebagai berikut :
  • Stratovolcano : Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.
  • Perisai : Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
  • Cinder Cone : Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
  • Kaldera : Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.

Berdasarkan tipe letusannya, gunung berapi dibedakan menjadi beberapa tipe yang antara lain adalah sebagai berikut :
  • Tipe Pelean : Tipe ini adalah tipe letusan yg paling merusak, magama meletus keluar lewat tempat yang lemah dari pungung gunung.
  • Tipe Plinean : Tipe ini adalah dimana magma dilepaskan, dorongan keatas yang kuat dari gas yang dihasilkan dapat membentang jauh sampai di atmosfir. Tipe letusan ini pernah terjadi di Gunung Pinatubo pada tahun 1991.
  • Tipe Vesuvius : Tipe ini besifat eksplosif dan terjadi kadangkala saja. Letusan dari bentuk magma mengeluarkan awan abu yang bisa menutupi area yang luas.
  • Tipe Vulkanian : Tipe ini adalah lava yang membentuk kerak di atas lubang-lubang vulkanis diantara letusan yang membentuk volcano. Letusan yang terjadi berikutnya jauh lebih dahsyat dan mengeluarkan awan-awan materi yang padat.
  • Tipe Stromboli : Tipe ini adalah gas-gas lepas lepas lava yang bergerak secara perlahan diantara letusan dapat terjadi terus menerus. Bom vulkanis dari gumpalan lava bisa dikeluarkan menuju langit.
  • Tipe Hawai : Tipe ini adalah dimana lava mudah bergerak dan mengalir secara bebas dan gas-gas dilepaskan relatif dengan cara yang tenang.
  • Tipe Islandia : Tipe ini mirip dengan tipe hawai, dimana lava mengalir dari celah-celah yang dalam dan membentuk lembaran-lembaran yang membentang pada semua jurusan lava.

Tanda-tanda Gunung Akan Meletus :
  1. Suhu di sekitar gunung berapi mengalami kenaikan.
  2. Vegetasi di sekitar gunung layu.
  3. Sumber air di sekitar gunung mengalami perubahan (menyusut/mengering).
  4. Pada beberapa lokasi dapat dijumpai dengan timbul dan meningkatnya kuantitas belerang serta (bau) gas metana yang muncul ke permukaan tanah.
  5. Perilaku hewan berusaha menjauh dari gunung.

Sumber : wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar